Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2020

mari belajar membenci

Purnama terbelah di kakimu Kita memudar Aku tak pernah punya kuasa atas Ketakutan atau kegelisahan Diporakporandakan lalu diam Begitu lagi lagi  dan lagi Semesta memberi tanda pada ketidakharusan Inginku menerobos masuk menyulam rasa menjelma asa  lalu dipeluk olehmu Matamu merupa ruang tempat ternyaman untuk pulang aku menari berpijak membasuh menggenggam bayang bersuka dan berduka didalamnya, pada ketidakharusan akupun dihukum tak ada yang lebih menyakitkan ketimbang dipaksa keluar dari tempat yang telah kuanggap lebih dari rumah.   Semesta kembali memberi tanda bahwa sebenarnya aku  memang tak pernah ada didalamnya hanya berdiri  dipekarangan nan  sejuk memetik daun berupa harap mencegahnya layu ataupun gugur hanya di pekarangan tidak didalamnya, maka mari, kita belajar membenci  pelan-pelan atau  belajar tak peduli diam-diam

Satu hari yang masih sangat aku suka

Toy story 4.  Ya, hari itu memang saya dan kamu sudah berencana pergi berdua, setelah sebelumnya kita layaknya orang asing.  Hubungan kita berakhir karena kebodohanku, lalu aku berusaha mengajakmu kembali pergi berdua.  Kau pun mau.  Sebenarnya bukan karna toy story 4, melainkan karena gigs yang ada di Depok.  Film toy story baru akan mulai pukul 16:35 tapi aku sudah memesan tiket pukul 2 siang.  Bukan karna takut kehabisan tiket nonton film, tapi karena takut kehabisan tiket nonton konser.   Setelah pada pukul 15:00 tiket nonton dan konser sudah aman.  Baru saya mengabari kamu, kamu pun terkejut, karna mungkin kamu belum siap-siap sedangkan saya sudah ada di Depok dengan semua tiket itu.  Hari itu mungkin adalah salah satu hari yang menegangkan, bagaimana tidak, akhirnya saya berhasil menemuimu setelah berbulan-bulan kita tak berjumpa.  Pada hari itu saya menyesal, dulu ketika saya punya banyak waktu untuk berdua denganmu, saya malah tidak bisa.  Lalu setelah k

Kalimat tak pasti

Mencintai tidak pernah berujung Terhembus dengan sungguh-sungguh dari perasaan, baik dinyatakan ataupun tidak.  Ketika mencintai berbicara soal, raganya akan menemui ketidakpastian jantungnya akan terhunus ketidakpantasan.  Satu-satunya hal yang bisa ia sambangi saat itu hanyalah tanda tanya.   Mencintai tidak pernah pintar Raga sibuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dari praduga nya sendiri.  Bersikukuh tentang keberadaannya yang merasa dipentingkan dunia.  Menebar eksistensi berupaya menonjolkan diri.  Tak pernah terpikir bahwa apa-adanya adalah sebenar-benarnya jawaban.   Mencintai tidak pernah jujur Menyusun kata demi kata menyulam rasa demi rasa berupaya hadir di setiap luang yang tak pernah disediakan olehnya, kemudian berkata aku bahagia.  Dibalik itu semua berdarah-darah terluka dan tersiksa.  Aku bahagia tetap jadi kalimat pilihan yang utama.