Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Kotak pos belum di isi

Malam ini kecepatan angin meningkat, menyeruak masuk ke dalam kulit.  Tak henti-hentinya aku membenturkan tangan dengan kepalaku, berfikir tentang kenapa? Aku ini kenapa? Beberapa cerita bergulat didalam otakku, membuatnya tak bisa menerima inspirasi apapun.  Tulisan ini pun aku tulis dengan apa adanya malam.  Dingin yang membuatku terbuai . Aku tak bisa berkreasi, Aku tak bisa menulis, Aku tak bisa melakukan hal lain lagi semenjak kamu menghantui otakku beberapa hari ini.  Melayang layang Ria kau didalamnya Tersiksa aku dibuatnya Tiap kabar bahagiamu sering kudengar dari orang, padahal aku sudah berusaha keras menghindarimu.  Tapi begitulah melupakan , kita akan mencari jalan yang tidak mengarah kepada seseorang.  Tapi tetap saja, rindu selalu mengarahkannya.  Memberikan petunjuk kepada kamu Tolong! Hentikan! berhenti berlari diotakku, kau memang pernah jadi bagian yang selalu kupikirkan.  Tapi sudahlah, aku sedang berusaha membuatmu menjauh. Bahkan, aku disuruh cepat meny

Kurasa, Antartika kalah dingin denganmu.

Selamat malam embun, beserta semua zat yang dingin.  Termasuk kamu. Baru saja tadi sore, aku yang tengah duduk santai dikejutkan oleh rintik hujan.  Ia datang beramai-ramai, membentur atap rumahku, berbisik dan mengingatkanku kembali pada satu sosok perempuan.  Iya satu. Aku tidak terlalu pandai berbagi tempat.  Suara seseorang yang memanggil namaku dari luar rumah membuat aku terbangun.  Suara itu tak asing, memang suara itu yang sering memanggil namaku dari kecil.  Ia teman, yaa ia yang selalu mengajak aku ke lapangan hanya untuk menendang bola ditengah hujan.  Dan aku selalu mengiyakan ajakannya.  # Hujan dari masa kemasa selalu sama, mungkin kecepatan air yang jatuh yang membuatnya kadang berbeda.  Sebuah bola yang sedari tadi ditendang kesana kemari melengkapi kebahagiaan para cowok yang sudah bergaul dari kecil.  Layaknya anak kecil.  Tak ada raut kesedihan, yang ada hanya tertawa.  Hujan masih saja mengguyur wilayah Ibu Kota.  Hening menjadi tiada, rintik hujan yang mengh

Masa Caturwulan.

Dipertengahan Maret tahun ini.  Kisah pilu yang mulai layu dilahap senyum-senyum keikhlasan, kembali aku ceritakan.  Di sore hari yang mulai gelap, disitulah pertemuan kita.  Peristiwa yang aku ingat begitu detail tentang ekspresi marah yang kau lontarkan.  Kau marah.  Kau tak setuju bahwa smash keras ku terhadap bola volly itu masuk kedalam lapangan, kau tetap pada keputusanmu bahwa bola volly itu keluar lapangan.  Padahal kau belum kenal denganku, tapi sebegitu emosionalnya dirimu.  Padahal aku orang yang percaya, bahwa suatu hubungan dibentuk dari emosional, berjalan dengan konsep yang direncanakan, dan berakhir dengan kata "udahan". Sudah hampir sebulan aku latihan bersamamu, dan aku juga sudah tau namamu.  Beberapa pertemuan, dan kita masih saling diam dalam ketidakjelasan.  Kamu tersenyum, akupun begitu.  Dengan tekad yang kuat dan motivasi tinggi untuk meninggalkan masa lalu, akupun memberanikan diri untuk mendekatkan dirimu.  Ingin melihat lebih dekat senyummu.  D

Sinergi Prasida.

Selamat malam Untuk tiap hati yang tak lagi dapat salam. Aku tengah bimbang diatas kasur tempatku berkarya dan menuangkan tulisanku.  Kenapa? Karna Senyum yang beberapa hari ini kutemui itu seperti senyum dimasa laluku.  Ia merambat menuju mesin waktu, melaju ke tempat pembaringanku sekarang dan melahap otakku.  Memaksanya agar terus mengingatnya.  Aku tengah mengagumi seseorang, ia yang kisahnya lebih pilu dariku baru saja menyadarkanku.  Bahwa ketidakpeduliannya atas masa lalunya adalah hal yang harus dilakukan.  Meneguk segelas kesadaran lalu memaparkan kisah pilunya dengan memilah hikmah apa yang patut diambil.  Aku sadar selama ini waktuku terbuang.  Karna satu detik yang kita gunakan sekarang adalah satu detik yang kita pinjam dari masa depan. Mata pelajaran mana yang membahas tentang melupakan? cari! bawa kesini biar aku pelajari.  Karna otak kita dari masa taman kanak-kanak sampai lulus menggunakan topi toga, itu selalu diterapkan ilmu " mengingat ".   Jadi yan