Langsung ke konten utama

Postingan

Pintu kemana saja.

Sudah 52 bulan semenjak aku pertama kali Jatuh pada cinta pertama.  Sosok yang sedari dulu mampu mengubah cara pandangku terhadap dunia.  Kini tiap pagi adalah waktu yang pas untuk menceritakan kembali tentang sosok tersebut.  Merangkap rindu, mengubahnya menjadi karya.  Karna aku percaya luka darimu adalah keliru yang indahnya kau sengaja.  2 tahun semenjak kepergianmu aku masih menari dengan kesendirian.  Mencari-cari tempat terbaik untuk menghapus resah.  Tentu 2 tahun tak mungkin tak bertemu.  Karna logo sekolah yang dikenakan masih sama, aku dan kamu masih sering berpapasan menggores luka.  Dalam suatu kesempatan kita diberi ruang, untuk saling kembali berkisah.  Sore itu disamping lapangan kau tersenyum kembali, melihatku berkeringat sehabis menghapus resah.  Langkahku menghampirimu, senyummu masih saja buatku luluh.  Kau berkisah tentang hidupmu, bahwa kau sedang bahagia karna berat badanmu menjadi ideal.  Entahlah...

Saat Semuanya Terluap

Pukul 3:40 Pagi, larut rindu yang keras membeku lewat iringan lagu yang liriknya berkaca-kaca, Otak dihantam sugesti bahwa rindu itu menyakitkan.  Huh! Nafasku terbuang begitu.  Tentang sugesti itu. Faktanya rindu itu menyenangkan, buktinya senyum pernah kembali merekah kala mengingat peristiwa yang sudah-sudah.  Bukankah itu menyenangkan?.  Ah sudahlah! Manusia memang begitu, memperumit sesuatu supaya pada saat bisa melewatinya dapat dibilang hebat.  Pujian dan kekaguman yang diinginkan bukan?.  Sifat itu tak berlaku bagi perindu sejati, karna pada dasarnya rindu itu hanya ada dua pilihan; Diungkap atau disimpan dalam-dalam.  Jika kau memperumit, tenggelamlah kau didalamnya tanpa pernah diraih masa depan yang indah.  Tentang pilihan Diungkap atau disimpan dalam-dalam, keduanya telah kulakukan.  Aku sedang merindu, kala diteriknya siang perempuan lugu sedang menatapku.  Ia datang dengan pesona perempuan yang sangat ingin dilind...

Luapan jiwa ( Akhir dari kalender tahun ini )

Selamat Pagi, Siang, Sore, Malam, serta semua ucapan selamat selama tahun 2017.  Hidup itu bagai adukan gado-gado, semua peristiwa kumpulkan menjadi satu lalu diaduk dengan bumbu yang membuat cita rasa tak biasa.  Tumpuk semuanya.  Sedih, senang, bahagia, bahagia BANGET, dan semua raut yang menjadi bumbu dalam setiap peristiwa.  Jadilah sebungkus kenang yang kelak jika kau merasa masalah terlalu berat, itu akan menjadi pengingat bahwa pernah dalam satu waktu kamu pernah melewati masalah dan kamu kuat.  Eh kamu ini siapa? Tahun ini adalah tahun dimana Aku sudah bisa bikin Kartu Tanda Penduduk.  Saat dimana Aku sudah bisa memilih pemimpin Negri dari hati nurani.  Ujian dalam tahun ini pun cukup banyak, baik hidup maupun tertulis.  Tahun ini aku dihadapkan Ujian yang skalanya Nasional, saat dimana semua siswa kelas 3 meningkatkan kegiatan belajarnya.  Lain hal denganku, aku masih saja bersantai-santai, belum keluar dari zona nyaman.  Sam...

April dalam Desember.

April dalam Desember.  Kelakku kau terangkan kala gelap jadi hal biasa dalam hidupku.  Udara belum berubah, lahir hal baru sebuah kisah.  Aku yang lama tak jatuh cinta, kamu yang entah dari mana membuatnya binasa.  Aku sedang sibuk dengan membuang-buang waktu, kau datang dengan lugu duduk disampingku dengan tetiba berhias raut bingung tak sendu.  Kau paparkan beberapa materi pelajaranmu, membaca dan memahaminya.  Aku diam disebelahmu, kau diam disebelahku.  Aku dan Kamu pasrah memasuki ruang hampa.  Kerudung dan rok yang warnanya serasi membuatmu cantik tak tertandingi.  Komunikasi kita diawali tawa, dengan tak sengaja Cahaya Handphonemu menyala.  Aku menegurmu ada apa, kau menjawab dengan tawa diiringi tak sengaja.  Disitulah awal sebuah rasa. Aku terjebak imaji tak dewasa.  Dengan sangat mendamba aku menunggumu keluar kelas.  Tangan jadi tumpuan dagu, senyum lebar rambut tak ada.  Melihat tiap inci senyummu yang ...

Pasif

Jejak saat terik, Perjalananku tak kunjung lelah dengan mudah.  Pernah kau bekap dengan rindumu membuat semua kenangku menguap, membuncah dipenghujung malam.  Tak henti-hentinya kau hadir ditiap aku menutup mata, bahkan ketika aku sedang bercumbu dengan senja.  Sekejap kau hadir namun tak pernah ada sudi mu untuk mampir.  bercengkrama dengan linimasa menurutmu lebih baik, ketimbang harus sekadar bertegur sapa dengan pria yang kau anggap biasa.  Apakah duniamu masih ada pagi? Karna malammu pun tak pernah sepi, notifikasi yang entah dari siapa selalu kau dapati. Kau hanya tak sadar waktu sedang membunuhmu, membuatmu nyaman dengan keadaan hingga ia bisa menikam dirimu secara perlahan.  Jika ramai bisa membuatmu terbuai, kemarilah! Siapkan otot pipimu, karna tertawa bersamaku bisa begitu lama.  Dirimu adalah bukti bahwa seni bukan hanya untuk dinikmati, namun juga dijaga hingga tak mampu berdiri, karna jika suatu saat aku terkapar lesu, kau baru boleh ...

Sebelum semuanya kaku

Sebelum semuanya se-kaku ini, Aku pernah secara rahasia mengidamkanmu, Memperhatikan sikap acuh mu kepada dunia.  Sebelum semuanya se-kaku ini, Aku pernah secara pengecut menanyakan tentangmu dari beberapa orang, Melayangkan pertanyaan tentang apa kabarmu saat ini. Sebelum semuanya se-kaku ini, Aku pernah tertawa kecil saat kau melakukan hal aneh, Meledek tingkahmu yang kadang membuatku susah lupa.  Tak digubris, perlahan kita terkikis.  Oleh ego masing-masing.  Dengan tak beraninya kedua perasaan berbicara, tak mau memulai atau bahkan tak ingin memulai.  Selalu berprasangka, sehingga tiada lagi kata.  Diminta mengerti, keduanya memilih mati.  Mati ditikam ego masing-masing.  Aku berbicara tentang kita, Tentang dua orang yang berbeda karakter, dipertemukan dalam suatu peristiwa aneh. Kau sedang teriak, aku terheran melihatmu.  Begitulah singkatnya.  Kini tak lagi berada dalam satu notifikasi, perlahan perasaan melebam dal...

Teman dalam laci

Kejadian menjelang akhir 2016 ini kembali kuceritakan.  Tentang seorang perempuan lugu namun mempunyai sejuta kecantikan dalam dirinya.  Sosok yang bahkan lebih dewasa dibanding aku.  Berawal dari laci labolatorium komputer tempatnya belajar, ia menaruh peralatan sekolahnya dilaci tersebut.  Aku harus menggunakan komputer waktu itu, jadi haru ke labolatorium.  Entah hukum alam apa yang tak sengaja membuatku duduk ditempat dimana perempuan tersebut duduk.  Lacinya kubuka, terdapat sebuah buku yang menarik untuk dibaca namun ada kertas kecil diatas buku yang bertulis "tolong untuk tidak mengacak-acak laci  ini"   kurang lebih seperti itu, maaf jika tak seperti seharusnya.  Karna aku pun lupa secara rinci, mungkin yang kuingat hanya lucunya kamu ketika didepanku. Dengan lancang kubaca buku itu dan menaruhnya kembali.  Beberapa hari kemudian aku bertemu dengannya, dengan senyum yang lugu ia berjalan kearahku.  "Eh, makasih ya bukun...