Langsung ke konten utama

Pasif

Jejak saat terik,
Perjalananku tak kunjung lelah dengan mudah. 

Pernah kau bekap dengan rindumu membuat semua kenangku menguap, membuncah dipenghujung malam.  Tak henti-hentinya kau hadir ditiap aku menutup mata, bahkan ketika aku sedang bercumbu dengan senja.  Sekejap kau hadir namun tak pernah ada sudi mu untuk mampir.  bercengkrama dengan linimasa menurutmu lebih baik, ketimbang harus sekadar bertegur sapa dengan pria yang kau anggap biasa. 

Apakah duniamu masih ada pagi? Karna malammu pun tak pernah sepi, notifikasi yang entah dari siapa selalu kau dapati. Kau hanya tak sadar waktu sedang membunuhmu, membuatmu nyaman dengan keadaan hingga ia bisa menikam dirimu secara perlahan. 

Jika ramai bisa membuatmu terbuai, kemarilah! Siapkan otot pipimu, karna tertawa bersamaku bisa begitu lama.  Dirimu adalah bukti bahwa seni bukan hanya untuk dinikmati, namun juga dijaga hingga tak mampu berdiri, karna jika suatu saat aku terkapar lesu, kau baru boleh kupersilahkan pergi.  Kalimat terakhir tadi sepertinya adalah ketidakikhlasan yang berusaha diikhlaskan. 

Jika memang kau acuh, mungkin earphone adalah teman setiamu.  Karna seringkali kulihat orang berpura-pura mendengarkan lagu hanya untuk mengabaikan orang disekelilingnya.  Jangan sesekali kau sombong dengan kegiatanmu bersamanya, aku cemburu. 

Bila kau tetap ingin menunjukkan kemesraanmu, mungkin aku akan berdoa agar hujan tak berhenti saat weekend mu hadir.  Hanya dengan air kau dibuat pasif, tak bisa bercengkrama, ria, ataupun bahagia. 

Tentang kita, dua manusia yang pernah meluap hingga saat kita tersiasat terutama untuk saling mendiamkan.  Mendiamkan rindu, menanam kenangan hingga tumbuh menjadi jamur (susah dihilangkan).  Kau pernah hadir, namun hadirmu itu yang membuatku pasif.  Mengubah cara pandangku kepada setiap orang. 
Kaku,

Seperti tak pernah bersosial, aku tenggelam pada senyummu.  Dimana setiap aku menemukan senyum yang lain, kau hadir dilengkungan itu.  Menjadi seperti senja, jauh namun membuat rindu. 

Semakin termakan oleh kenangan, perlahan aku ditampar oleh kenyataan. 

Bahwa dirimu tak pernah benar-benar ada.  Hanya sekadar melintas. 

Kumisku yang telah kucukur pun menyadarkan ku.  Bahwa sesuatu yang tumbuh kembali, rasanya tak akan lagi sama. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita kita dulu di Sekolah Dasar

Awal cerita ini terjadi pas kelas 5 Sd, gue yang tadinya sekolah di pinggiran Jakarta dipindahin ke Tengah biar gak jatoh.  Disekolah baru gue ini agak pemalu, yaa namanya ketemu temen dan semua yang apa apa baru pasti ngerasa asing karna belom biasa sama semuanya.  Gue jalan dari rumah ke sekolah dan sampe dehh.  Bel sekolah berbunyi dan hari pertama gue disekolah baru, pas duduk gue ditaro di tempat paling depan gitu duduk sebelahan sama yang namamya Ipang.     Sebelum pelajaran dimulai gue disuruh memperkenalkan diri di depan kelas, langsung gue maju buat ngenalin diri "Hallo , nama saya Arya Dahan Jaka biasa dipanggil arya , saya pindahan dari SD di pinggiran Jakarta yang tak ingin disebutkan namanya "      Begitu pelajaran dimulai gue bingung apa apa gak ada yang masuk otak, bingung liat guru bingung liat temen gue yang ngeliatin gue mulu.  Hari terasa menegangkan ditempat baru, rasanya kaya di kelilingin Avengers gara gara salah sambung nelpon ke markas S.H.I.E.L.D.

Cerita kita dulu di sekolah dasar #2

Dengan jalan ngengkang gue pun pulang ke rumah.  Pas nyampe rumah, nenek gue yang ngeliat keadaan gue dengan muka geram langsung teriak dengan nada kencang ' ARYAAAAAAA!!!!!!!' Muka gue langsung pucet pas denger bentakan dari nenek gue.  Gue cuman bisa berdiri di depan pintu rumah dengan kaki berbentuk O karna ngengkang dan masih menggunakan seragam sekolah 'Kamu jalan ngengkang gitu terus keringet dingin gini, kamu berak dicelana? Hah?' 'Ini tuh serpihan masa lalu gitu nek yang keluar, kaya semacam zat yang keras tapi lembek gara gara kedudukan pas di sekolah.  Gitu nek' 'Alah udah, t*i aja pake ada pengertiannya.  Yaudah sono ke kamar mandi, kamu selesain urusan kamu sama masa lalu kamu.  Awas jalannya hati hati, jangan ampe tuh t*i bececeran dilantai.' Gue pun jalan ngengkang sambil nunduk menuju kamar mandi setelah kena omelan dari nenek gue.  Langsung aja gue bersihin sisa sisa zat kuning ini.  Selagi ngebersihin, gue terus kebayang bayang ten

Cloud

let me hold your hand between sentences full of hesitation in which you don't know what to do  or let me hold you tight when the world makes you stupid  in which you feel that everything is always wrong  let me be there  always  when you feel lost  or upset  let me I'll always be there