Selamat Pagi, Siang, Sore, Malam, serta semua ucapan selamat selama tahun 2017.
Hidup itu bagai adukan gado-gado, semua peristiwa kumpulkan menjadi satu lalu diaduk dengan bumbu yang membuat cita rasa tak biasa. Tumpuk semuanya. Sedih, senang, bahagia, bahagia BANGET, dan semua raut yang menjadi bumbu dalam setiap peristiwa. Jadilah sebungkus kenang yang kelak jika kau merasa masalah terlalu berat, itu akan menjadi pengingat bahwa pernah dalam satu waktu kamu pernah melewati masalah dan kamu kuat. Eh kamu ini siapa?
Tahun ini adalah tahun dimana Aku sudah bisa bikin Kartu Tanda Penduduk. Saat dimana Aku sudah bisa memilih pemimpin Negri dari hati nurani.
Ujian dalam tahun ini pun cukup banyak, baik hidup maupun tertulis. Tahun ini aku dihadapkan Ujian yang skalanya Nasional, saat dimana semua siswa kelas 3 meningkatkan kegiatan belajarnya. Lain hal denganku, aku masih saja bersantai-santai, belum keluar dari zona nyaman. Sampai pada saat kenyataan menamparku, nilai Bahasa Inggris dan Matematika milikku tidak lulus.
Peristiwa tersebut yang menyadarkanku bahwa aku tak bisa seperti ini terus, aku sudah harus bergerak menuju dunia yang lebih luas. Kadang berusaha dewasa, kadang sangat kekanak-kanakan. Merintih saat tertatih tanpa mempersiapkan diri yang lebih kuat. Aku harus apa?
Setelah abu-abu ini aku kemana?.
Dihadapkan antara kerja atau kuliah. Keahlianku yang hanya bersenang-senang akhirnya menuntunku pada langkahku, bahwa hidup tak berwarna jika hanya terus berfikir. Aku harus bergerak, sampai aku memilih Fakultas yang tiap hari bergerak, perlahan hidupku mulai bersketsa namun belum berwarna. Warna itu akan muncul mengikuti raut dan rasaku tiap hari. Senang adalah warna cerah dan sedih adalah warna gelap. Menciptakan lukisan indah yang nantinya aku ceritakan pada penerusku bahwa inilah warnaku. Hasil dari tiap aku yang dulu. Bertransformasi menjadi sekarangku. Terlalu sering sedihkah? Atau senang?.
Tahun ini pun tentang Meninggalkan dan ditinggalkan.
Dengan berat hati aku harus meninggalkan gameku untuk sementara saat menjelang ujian. Aku harus berusaha meninggalkan sifat kekanak-kanakkan yang melekat didiriku dan berubah menjadi sosok yang dewasa. Aku yang harus meninggalkan masa abu-abu ku beserta semua kenangan didalamnya.
Ditinggalkan teman menuju impiannya masing-masing. Berkumpul kembali ketika beli sebungkus nasi sudah dari hasil kerja sendiri.
Ramadhan tahun ini berhasil aku lewati namun masih jauh dari kata suci. Idul Fitri aku sudah tak seperti tahun lalu, Tahun ini Ibuku sudah tersenyum atas aku yang berhasil masuk Universitas Negri. Layar dan tulisan "Selamat anda berhasil masuk" adalah ucapan selamat kedua terbaik tahun ini. Pertama sudah pasti, Ibu, yang bibirnya menempel dikeningku kala mendengar aku yang lolos masuk Universitas Negri.
Yang berbeda dari tahun sebelumnya. Sekarangku sudah lebih sering berfikir kedepan, walau kadang tak panjang namun tersusun dengan rapih. Mengepul dikepala tiap impian yang tertera, bergerak dan meraihnya. Aku harus bisa.
Kisahku dengan perempuan pun tahun ini hanya sedikit, tak seperti tahun sebelumnya yang masih mencari jati diri.
Agnes, seseorang yang sebenarnya sudah mulai sehati. Namun aku yang ngotot ingin masuk Universitas Negri akhirnya mulai berhenti menghubunginya, mulai tak menanyakan kabarnya. Perlahan kita tersekat oleh keadaan. Kini ia sudah punya prianya, seseorang yang akan dengan berani menantang jika dunia mencaci wanitanya. Aku harap kau tak apa. Maaf jika aku pernah tak dewasa dan terima kasih pernah menempelkan tintamu padaku yang kelak akan kau lihat kembali ketika berwarna.
Rahma Raminda, entahlah terkadang aku salah mengetik namanya. Kita seperti lampu ditaman kota yang sepi pengunjung, terang kala ramai, redup kala tak ada yang menginginkan. Kita tak pernah begitu dekat, hanya sepintas. Saat aku sedang berdiri didepan gerbang sekolahnya, dan ia berjalan tak mau menatapku. Lucu dan jarang. Aku melihatnya dewasa. Jauhnya kita mungkin karna ego masing-masing. Ia yang sangat marah karna aku mencari tau dirinya dari orang lain dan aku yang tak mau meminta maaf kepadanya. Waktu sedang tak sejalan dengan kita. Terima kasih, rautmu melukisku.
Yulia Putri Utami. Entahlah, aku bingung mulai dari mana bercerita tentangnya. Karna sebagian sketsa hidupku ia yang membuat. Cinta pertamaku, Patah hatiku, puisiku. Dan tahun ini mungkin kesadaran terbesarku, seperti lirik lagu Tulus - Langit abu-abu bahwa "sayangimu aku telah keliru."
Terima kasihku,
Untuk Allah, Tuhanku. Yang dengan sangat baik selalu memberikan nikmat, walau kadang sujudku belum terlalu lama. Untuk Ibu, yang dengan sangat sabar membimbingku. Menasihatiku pada tiap aku melangkah, Melindungiku saat ego membuatku lengah, memelukku ketika aku mulai kehilangan arah. Maaf aku belum bisa jadi apa-apa.
Terima kasih untuk Yulia, yang pernah hadir ditiap aku gelisah. Mendukungku kala aku mulai lemah. Terima kasih untuk tiap tinta yang kau tuangkan pada putihku, untuk tiap rasa yang susah untuk aku buat binasa. Terima kasih karna pernah dengan sangat kau patahkan hatiku, hingga kau ciptakan aku yang dingin terhadap perempuan. Mungkin ini salah satu caramu untuk membuatku tak dekat dengan siapapun. Agar aku fokus dengan impianku, itukan maksudmu?. Maka dari itu dengan sangat aku ucapkan terima kasih pernah jadi bagian dari putih abu-abu ku. Terima kasih karna sudah jadi Cinta dan Patah hati pertamaku. Terima kasih karna kamu adalah bagian besar dari perjalanan hidupku.
Sudahlah terima kasihnya, tahun depan atau nanti aku lanjutkan ketika aku telah menjadi apa-apa.
Aku titipkan terima kasihku yang lain yang belum terucap kepada langit. Mengepul menjadi awan cerah yang akan menyegarkan hari-hari kalian.
Tahun ini tahun luar biasa, ditinggalkan dan meninggalkan yang begitu berkesan. Waktu akan terus berputar dan aku akan terus berdiri, semoga dengan berakhirnya kalender ini aku udah bisa jadi harapan.
Kepal tangan dan saling berbenturan.
Komentar
Posting Komentar