Langsung ke konten utama

Postingan

Sepenggal puisi bego

Sov, aku ini pria dari kegelapan.  Menunggu terang,                               tak juga datang. Lalu, kamu datang,        Perlahan semuanya terang, gang ataupun jalan besar kini tak segelap dulu.   Kamu pasti merasa jadi penerang, yakan sov?  tapi kalaupun kamu tidak merasa, tak apa,      aku yang merasa.   Setelah kamu datang, Sov, bab yang kutulis tak berjudul kesedihan lagi Sov,                   Disitu muncul keceriaan, Sov. Aku seneng, kamu juga yakan Sov? Aku heran, aku tak bisa bergerak Sov.                      Kenapa ya?         ...

Batin ini butuh makan

Separuh diriku sedang bertarung dengan impian 'gono-gini' lalu separuh diriku yang satunya menahan agar pertarungan itu tidak berlangsung lama, caranya dengan menampar keras pipi dengan ketidakjelasan yang jelas adanya.  Semangatku tertahan oleh keadaan, mimpi-mimpiku menjulang namun hati merasa terkekang.  Pasalnya, semangat berjuang belum bertumbuh dengan begitu sangat, sehingga untuk kembali terbang rasanya begitu berat.  Dari rutinitasnya, aku tau hatinya mengadu pada hal bodoh, menarik sesuatu yang sangat diharapkan untuk bertemu.  Pikiran sudah menguasai hatinya, mungkin, 'dia kenapa sih?' adalah kata yang berkumpul di dalam hatinya yang tak berani tersampaikan.  Yang sebenarnya aku sadar, namun sekali lagi, hatiku sedang terkekang oleh tempat bernama rumah.  Dalam beberapa kesempatan, dirimu selalu jadi yang aku ceritakan, pada teman maupun siapapun yang ingin berkenalan.  Dalam beberapa kesempatan, dirimu meredam amarahku pada sesuatu, dengan...

Telepati

Menuju kepergian sore, satu persatu senyum hilang ditelan lelah.  Sementara itu Balagendir masih sibuk menatap Nyonya tak jauh dari tempat Nyonya sedang duduk.  Nyonya menunduk tak memperhatikan tiap hati yang bolak-balik tak jelas.  Pandangannya tertutup tawa tak nyata.  Kemudian Balagendir berbicara lewat hatinya, "Nyonya. Awas, tepat diserong kirimu ada pria yang sedari tadi melihatmu." Nyonya menoleh kearah itu dan melihat pria bertubuh tak atletis dengan kumis tebal jarang dicukur.  Jaket kulit warna hitam beserta celana yang sedang mengikuti trend masa kini.  "Kau siapa?" Tanya Nyonya.  Mereka tak berbicara namun bisa berkomunikasi.  Hatinya dirasuki energi dari Balagendir.  "Aku Balagendir.  Tenang saja kumisku tak seperti dia." Lalu Nyonya kembali merunduk. Beberapa saat, Balagendir kembali berpesan "Hei Nyonya, lihat! Tepat diserong kirimu ada yang sedang memperhatikanmu."  "Aku tak mau menoleh, ...

Selamat bertambah umur 'Salah Kaprah'.

Tepat 12 Juli yang lalu.  Blog ini telah berumur 3 tahun.  Dari penciptaan yang awalnya hanya iseng, gue inget banget disebuah warnet yang tadinya gue lagi maen game doang dari jam 7 malem sampe  jam 5 pagi.  Terus inget sama mantan gue, gue pengen curhat cuman bingung ke siapa.  Akhirnya gue tulis aja semua keresahan gue disini.  Yang awalnya nama blog ini adalah "Bunglon".  Kenapa itu namanya? Karna waktu itu gue masih umur 15 tahun.  Sifat yang masih berubah-ubah dan masih belom punya keputusan yang pasti soal 'apapun', jadinya gue menamakan blog ini sesuai sama sikap gue yaitu "bunglon".  Binatang yang suka berubah warna.  Lalu gue ganti jadi "Salah Kaprah" karna gue sering komentarin hal-hal yang menurut gue udah salah kaprah.  Jadi gue ganti deh.  Kalo gaseneng yaudah.  Waktu terus berjalan, perlahan blog ini terisi, awalnya isinya cuma lelucon.  Kalo kalian scroll sampe bawah liat postingan gue yang jadul pa...

Amarah didalam kaca.

Sang Pemimpi berdiam didepan kaca menunggu saya bercerita, namun masih engga bertegur sapa dengannya.  Habisnya, ia seperti diriku namun dalam wujud yang lebih dewasa.  Aku jadi malas dengannya.  "Kau kenapa?" Tanya Sang Pemimpi dari dalam kaca.  "Tak apa.  Dirimu begitu sok tau." Jawabku ketus.  "Hey bung, aku ini kau dalam wujud yang lebih dewasa." "Sudahlah berbohongnya! Aku tak percaya." "Kalau begitu cerita bagaimana perempuanmu !! Tak adil jika hanya aku yang bercerita tentang Tuan Putri." "Aku bingung, kau mau aku mulai dari mana?" "Saat ia pergi." "Mengapa bagian itu?" "Saya tahu itu penyebab dirimu pesimis terhadap apapun." Sang Pemimpi membuatku diam dengan pernyataannya yang sangat benar.  "Baiklah, ia pergi.  Lalu saya hanya tanya kenapa, jawabannya selalu menyalahkanku.  Entah, mungkin memang ia belum menemukan alasan lain agar saya terlihat jahat.". Jawabku.  ...

Terkadang kusut sendiri.

Sebelum pagi tiba, semua hal yang membuat senyum muncul dengan sendirinya selalu menguasai perasaan.  Mengoyak bosan lalu menjadi bahagia, merangsang bagian lain untuk berfungsi terutama pada bagian kening dan bibir, entah kenapa pagi adalah waktu yang tepat untuk mengenang tanpa pernah mengenal petang.  Sialan kau gerimis! Makin sempurna saja kendaraan menuju masa lalu.  Alih-alih melupakan, justru semua merekat erat di ingatan.  Mungkin pagi ini aku harus pergi ke depan kaca untuk bertanya pada 'sang pemimpi' tentang bagaimana ia menyikapi perempuannya.  Sama atau tidak sepertiku.  "Hai bung, apa kabar? Pagi ini kenangan datang tanpa permisi.  Muncul di tiap aku menutup mata.  Mengapa seperti itu?".  Bodoh atau bagaimana aku ini? Bertanya pada 'sang pemimpi', yang bukan lain adalah seseorang didalam kaca.  Entahlah.  "Aku juga sering begitu bung." Katanya.  Lalu, pagi itu 'sang pemimpi' bercerita bagaimana awa...

Terjelma dalam wujud yang berbeda

Dunia tak pernah menghapus kata 'mungkin', semua yang terucap bisa terjadi dan semua yang diusahakan bisa saja tidak terjadi.  Menggali tiap kisah Tuan Putri manapun, pasti selalu berhubungan erat dengan zaman dahulu, kerajaan, dongeng.  Kali ini berbeda.  Dalam kesendirian, aku menemukan sesuatu didalam hati dan otak ku tentang kisah 'sang pemimpi'.  Pria yang penuh dengan tanda baca dalam hidupnya.  Sang Pemimpi seringkali menabrak sesuatu saat ia berjalan, kepalanya tertunduk lesu tiap aku temui dalam otak ku.  Ternyata ia begitu karna bisingnya ocehan orang lain tentang kesendiriannya.  Lingkungannya seperti menekannya untuk mencari setidaknya satu perempuan penghias linimasa miliknya.  Sudah beberapa kali ia mencoba, tetap saja ada sesuatu yang membuat hatinya tak bisa dibuka.  Tertutup rapat dengan tulisan 'Tuan Putri' didepan pintu hatinya, tulisan yang ditulis dengan hati.  Didepan kaca, aku pernah bertanya kepadanya "m...