Dunia tak pernah menghapus kata 'mungkin', semua yang terucap bisa terjadi dan semua yang diusahakan bisa saja tidak terjadi. Menggali tiap kisah Tuan Putri manapun, pasti selalu berhubungan erat dengan zaman dahulu, kerajaan, dongeng. Kali ini berbeda.
Dalam kesendirian, aku menemukan sesuatu didalam hati dan otak ku tentang kisah 'sang pemimpi'. Pria yang penuh dengan tanda baca dalam hidupnya. Sang Pemimpi seringkali menabrak sesuatu saat ia berjalan, kepalanya tertunduk lesu tiap aku temui dalam otak ku. Ternyata ia begitu karna bisingnya ocehan orang lain tentang kesendiriannya. Lingkungannya seperti menekannya untuk mencari setidaknya satu perempuan penghias linimasa miliknya. Sudah beberapa kali ia mencoba, tetap saja ada sesuatu yang membuat hatinya tak bisa dibuka. Tertutup rapat dengan tulisan 'Tuan Putri' didepan pintu hatinya, tulisan yang ditulis dengan hati.
Didepan kaca, aku pernah bertanya kepadanya "mengapa kau rapihkan hati yang tertutup itu?" Awalnya ia hanya menghela nafas, kemudian menjawab dengan senyum "didalamnya tersimpan nasihat Tuan Putri yang membuatku punya mimpi"
'cih' Busuk sekali omongannya. Ia yang membuat kau tertunduk lesu mengapa kau buat dirimu didepan perempuan lain kaku? Mati saja!
Sang Pemimpi membuka pintu itu, mempersilahkan siapapun melihat isinya namun tak dibiarkan masuk. Tertata rapih tiap nasihat yang membuat suasana hangat, tetapi berceceran tiap kata amarah darinya yang perlahan membuat 'Sang Pemimpi' dan 'Tuan Putri' tersekat, menjadi sesuatu yang hanya pantas untuk dikenang.
Dilantai dekat pintu, terdapat kaligrafi indah tentang amarah cantik Tuan Putri, "Jaga saja mimpimu! Aku tak akan kemana" Sembari pergi. Sang pemimpi jadi malas mandi pagi karena tulisan itu. Kemudian Tuan Putri berdalih atas nama pendidikan, merengkuh asa dengan topeng paling cantik yang dahulu selalu ia munculkan. Mungkin saja baginya Sang Pemimpi hanya penenang kala hatinya dilanda sepi.
Pasti lanjut....
Komentar
Posting Komentar