Langsung ke konten utama

Amarah didalam kaca.

Sang Pemimpi berdiam didepan kaca menunggu saya bercerita, namun masih engga bertegur sapa dengannya.  Habisnya, ia seperti diriku namun dalam wujud yang lebih dewasa.  Aku jadi malas dengannya. 

"Kau kenapa?" Tanya Sang Pemimpi dari dalam kaca. 

"Tak apa.  Dirimu begitu sok tau." Jawabku ketus. 

"Hey bung, aku ini kau dalam wujud yang lebih dewasa."

"Sudahlah berbohongnya! Aku tak percaya."

"Kalau begitu cerita bagaimana perempuanmu !! Tak adil jika hanya aku yang bercerita tentang Tuan Putri."

"Aku bingung, kau mau aku mulai dari mana?"

"Saat ia pergi."

"Mengapa bagian itu?"

"Saya tahu itu penyebab dirimu pesimis terhadap apapun." Sang Pemimpi membuatku diam dengan pernyataannya yang sangat benar. 

"Baiklah, ia pergi.  Lalu saya hanya tanya kenapa, jawabannya selalu menyalahkanku.  Entah, mungkin memang ia belum menemukan alasan lain agar saya terlihat jahat.". Jawabku. 

"Setelah itu?"

"Setelah itu, ia bahagia."

"Tau dari mana kau bodoh?". Pertanyaan yang seenaknya kok bisa ia lontarkan. 

"Tau dari linimasa miliknya, fotonya selalu bahagia.  Bersama pria barunya tentunya."

"Kalau begitu, kau buat juga linimasa milikmu terlihat bahagia! Bodoh kok dipelihara.  Ayam dipelihara biar gede.". Benar juga apa kata Sang Pemimpi.

"Tapi aku tak pandai bersandiwara."

"Bodoh! Siapa yang menyuruhmu bersandiwara, aku menyuruh mu benar-benar bahagia, lalu kau pamerkan dilinimasa milikmu.  Begitu saja susah.". Tuh kan, lagi-lagi ia sok tau. 

"Tau apa kau pecundang? Bicara saja bisanya.". Emosiku mulai membara. 

"Hey bung!  Tuan Putri memamerkan prianya langsung didepan mataku, bukan lewat teknologi macam kau.  Jadi yang pecundang siapa? Sudah nurut saja apa kataku."

"Baik akan kucoba.  Apa saja tadi?"

"Haduh, bodoh sekali.  Pertama kau bahagia! Lalu kau pamer!  Buat ia tak melebihi bahagia mu!"

"Mengapa jahat?".

"Terlalu baik akan membuatmu terinjak!"

"Baiklah, pertama aku harus bahagia."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita kita dulu di Sekolah Dasar

Awal cerita ini terjadi pas kelas 5 Sd, gue yang tadinya sekolah di pinggiran Jakarta dipindahin ke Tengah biar gak jatoh.  Disekolah baru gue ini agak pemalu, yaa namanya ketemu temen dan semua yang apa apa baru pasti ngerasa asing karna belom biasa sama semuanya.  Gue jalan dari rumah ke sekolah dan sampe dehh.  Bel sekolah berbunyi dan hari pertama gue disekolah baru, pas duduk gue ditaro di tempat paling depan gitu duduk sebelahan sama yang namamya Ipang.     Sebelum pelajaran dimulai gue disuruh memperkenalkan diri di depan kelas, langsung gue maju buat ngenalin diri "Hallo , nama saya Arya Dahan Jaka biasa dipanggil arya , saya pindahan dari SD di pinggiran Jakarta yang tak ingin disebutkan namanya "      Begitu pelajaran dimulai gue bingung apa apa gak ada yang masuk otak, bingung liat guru bingung liat temen gue yang ngeliatin gue mulu.  Hari terasa menegangkan ditempat baru, rasanya kaya di kelilingin Avengers gara gara salah sambung nelpon ke markas S.H.I.E.L.D.

Cerita kita dulu di sekolah dasar #2

Dengan jalan ngengkang gue pun pulang ke rumah.  Pas nyampe rumah, nenek gue yang ngeliat keadaan gue dengan muka geram langsung teriak dengan nada kencang ' ARYAAAAAAA!!!!!!!' Muka gue langsung pucet pas denger bentakan dari nenek gue.  Gue cuman bisa berdiri di depan pintu rumah dengan kaki berbentuk O karna ngengkang dan masih menggunakan seragam sekolah 'Kamu jalan ngengkang gitu terus keringet dingin gini, kamu berak dicelana? Hah?' 'Ini tuh serpihan masa lalu gitu nek yang keluar, kaya semacam zat yang keras tapi lembek gara gara kedudukan pas di sekolah.  Gitu nek' 'Alah udah, t*i aja pake ada pengertiannya.  Yaudah sono ke kamar mandi, kamu selesain urusan kamu sama masa lalu kamu.  Awas jalannya hati hati, jangan ampe tuh t*i bececeran dilantai.' Gue pun jalan ngengkang sambil nunduk menuju kamar mandi setelah kena omelan dari nenek gue.  Langsung aja gue bersihin sisa sisa zat kuning ini.  Selagi ngebersihin, gue terus kebayang bayang ten

Cloud

let me hold your hand between sentences full of hesitation in which you don't know what to do  or let me hold you tight when the world makes you stupid  in which you feel that everything is always wrong  let me be there  always  when you feel lost  or upset  let me I'll always be there