Langsung ke konten utama

Jalan Buntu. Bagian 2 : Semestinya.

Aku suka sesuatu yang jarang disuka.  Ketika orang sedang beramai-ramai memilih kopi, aku teh saja.  Ketika orang-orang memilih lagu berdasarkan yang sedang trend, aku yang biasa-biasa saja.  Bukan karena ingin terlihat berbeda, lebih tepatnya tidak ingin terlihat sama.  Itu beda.  Ketika aku bertemu dengan satu perempuan yang mungkin disukai banyak pria, aku tak ingin bersaing, biar saja peruntungan ku yang berkata atau kesialan perempuan itu yang membuat ia bertemu denganku.  Mengapa sial? Tidak tau, aku merasa; mungkin saja tiap pertemuan yang aku alami selalu jadi kesialan bagi yang bertemu denganku.  Dasar tukang mengira.

Oh,ya aku ingin cerita tentang satu perempuan, yang pada saat bertemu dengannya, cara pandangku tentang peruntungan berubah.  Ia yang mengenalkanku pada hal bernama ''mimpi' lebih daripada umumnya.  Aku ingat betul, ia berkata "mimpi itu tak usah dibicarakan, soalnya belum tercapai, nanti malu sendiri kalau tidak tercapai.". Kira-kira begitu.  Kurang lebih.

Namanya Sovi, Terdapat Nur didepan namanya.

Aku belum begitu mengenal bagaimana hatinya pada saat pertama.  Mungkin, ia baik.  Mungkin, ia baik sekali.  Mungkin, ia tidak jahat.  Entahlah, aku memang selalu berkutat pada kemungkinan.  Makanya aku bodoh.

Cara pertamaku adalah mengajaknya menonton konser band kesukaanku, Stars and Rabbit.  Sebelumnya, ia sudah mengenalku namun belum pernah dekat.  Baru kali ini saja aku mendekatinya, setelah rentetan panjang cerita tentang mendewasakan hati, namun belum juga kunjung dewasa.  Sebaliknya, aku malah semakin tak berdaya.  Bodoh.

"Saya belom pernah sih nonton konser gitu.". Ungkapnya lewat salah satu dari sekian banyak sosial media yang ada di dunia ini.

"Sama saya juga jarang sih."

"Besok deh kak, saya kasih tau kalo bisa." Jawaban dari ajakanku yang mendadak itu digantung olehnya.  Tak apa, memang aku juga yang salah, ngajak anak orang 2 hari sebelum acara, memangnya aku sepenting apa sampai ia harus mengosongkan jadwal untukku.  Bodoh.



Karena aku bukan pria yang membawa kendaraan, roda berapapun itu, akhirnya bus kota menjadi pilihan dari ajakanku padanya.

"Nunggu siapa neng?" Tanyaku padanya yang sedang celingak-celinguk dihalte.

"Ini, nunggu orang tapi kayaknya gadateng deh, pulang aja apa.".

"Hehehe".  Sepertinya, saya dan dia baru pertama kali bertemu lagi setelah dulu dibangku sekolah, itupun hanya sepintas, sebatas ia adik kelasku.  Tapi rasanya, humor kita sama, karena yang menyenangkan adalah mentertawakan hal yang hanya kita yang tau, orang lain tidak.  Dan sekarang ada 2 orang yang tertawa dan mereka saja yang tau.  Lucu ya.

Di dalam bus Ibukota, ia duduk ditempat dimana tak boleh laki-laki ada disana.  Jadi aku hanya berdiri beberapa meter, sembari memandangnya dan bertanya pada diri sendiri "benarkah? Aku kencan? Setelah sekian lama.".  Sedih sekali ya kedengarannya.  Aku mengajaknya mengobrol lewat obrolan online atau chatting.  Padahal jarak kita tak terlalu jauh.

"Awas, mas-mas diserong kiri kamu ngeliatin kamu mulu." Lalu ia mengeceknya, terdapat mas-mas seperti orang Jawa, padahal tidak sedang memerhatikannya, aku saja yang mengarang.  Lalu ia hanya tertawa dengan tulisan 'wkwkwk'.

Selang beberapa menit, mas-mas tersebut turun dihalte yang ia mau.  Kembali aku mengerjainya,

"Awas, mas-mas diserong kiri ngeliatin kamu." Lalu ia menoleh ke serong kiri, kemudian tertawa kecil namun tertawa langsung bukan online.  Karna yang berdiri diserong kirinya adalah aku.


To be continued.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita kita dulu di Sekolah Dasar

Awal cerita ini terjadi pas kelas 5 Sd, gue yang tadinya sekolah di pinggiran Jakarta dipindahin ke Tengah biar gak jatoh.  Disekolah baru gue ini agak pemalu, yaa namanya ketemu temen dan semua yang apa apa baru pasti ngerasa asing karna belom biasa sama semuanya.  Gue jalan dari rumah ke sekolah dan sampe dehh.  Bel sekolah berbunyi dan hari pertama gue disekolah baru, pas duduk gue ditaro di tempat paling depan gitu duduk sebelahan sama yang namamya Ipang.     Sebelum pelajaran dimulai gue disuruh memperkenalkan diri di depan kelas, langsung gue maju buat ngenalin diri "Hallo , nama saya Arya Dahan Jaka biasa dipanggil arya , saya pindahan dari SD di pinggiran Jakarta yang tak ingin disebutkan namanya "      Begitu pelajaran dimulai gue bingung apa apa gak ada yang masuk otak, bingung liat guru bingung liat temen gue yang ngeliatin gue mulu.  Hari terasa menegangkan ditempat baru, rasanya kaya di kelilingin Avengers gara gara salah sambung nelpon ke markas S.H.I.E.L.D.

Cerita kita dulu di sekolah dasar #2

Dengan jalan ngengkang gue pun pulang ke rumah.  Pas nyampe rumah, nenek gue yang ngeliat keadaan gue dengan muka geram langsung teriak dengan nada kencang ' ARYAAAAAAA!!!!!!!' Muka gue langsung pucet pas denger bentakan dari nenek gue.  Gue cuman bisa berdiri di depan pintu rumah dengan kaki berbentuk O karna ngengkang dan masih menggunakan seragam sekolah 'Kamu jalan ngengkang gitu terus keringet dingin gini, kamu berak dicelana? Hah?' 'Ini tuh serpihan masa lalu gitu nek yang keluar, kaya semacam zat yang keras tapi lembek gara gara kedudukan pas di sekolah.  Gitu nek' 'Alah udah, t*i aja pake ada pengertiannya.  Yaudah sono ke kamar mandi, kamu selesain urusan kamu sama masa lalu kamu.  Awas jalannya hati hati, jangan ampe tuh t*i bececeran dilantai.' Gue pun jalan ngengkang sambil nunduk menuju kamar mandi setelah kena omelan dari nenek gue.  Langsung aja gue bersihin sisa sisa zat kuning ini.  Selagi ngebersihin, gue terus kebayang bayang ten

Cloud

let me hold your hand between sentences full of hesitation in which you don't know what to do  or let me hold you tight when the world makes you stupid  in which you feel that everything is always wrong  let me be there  always  when you feel lost  or upset  let me I'll always be there