Langsung ke konten utama

Jalan buntu. Bagian 1 : Hatiku rumah, entah untuk siapa.

Telah rapih hati yang sempat diporakporandakan seseorang, dinding yang telah dilukis dari nasihat tiap hati yang pulang pergi, mempunyai banyak warna.  Lalu beberapa medali terpampang, pembuktian kini aku bukan kekanak-kanakan.  Pagar halamannya terbuat dari cacian; tajam.  Didepan pintu terdapat keset warna putih, agar diketahui kaki-kaki yang dengan sengaja mengotori lantai.  Lalu setelah beberapa kejadian, hatiku aku kunci rapat-rapat.  Entahlah, mungkin aku marah, atau mungkin aku bingung, atau mungkin aku malas membiarkan siapapun masuk sebelum dindingnya penuh dengan medali.  Mengapa begitu? Mungkin agar kelak yang masuk senang melihat medalinya dan tak memporak-porandakan isinya hanya karena bosan.  Kalau itu terjadi, berdebulah kembali hati ini karena dikunci kembali rapat-rapat. 
Terkadang aku tak bisa mengendalikan diri, beberapa orang yang merawat hatiku dengan baik malah aku suruh pergi.  Aku seperti orang jahat.  Padahal aku hanya takut semua kembali 'porak-poranda'.  Mungkin semua 'porak-poranda' sebelumnya membuatku takut.  Bodoh sekali!. 

"Bang batagor satu."  Aku memesan yang ingin ku pesan. 

"Manis ya." Penjual tersebut bergurau.

"Mana ada batagor manis bang."

"Bukan, itu tuh cewek yang mau jalan ke arah sini.  Manis."
Aku menoleh dan melihat dengan betul-betul, lalu perempuan tersebut berdiri persis disampingku sembari memesan Batagor. 

"Iya, manis bang." Ucapku pada penjual batagor. 

"Tadi katanya ga ada batagor yang manis." Abang tersebut tertawa kecil mendengar perkataanku. 

"Satu ya bang." Perempuan itu memesan sesuatu yang sama denganku.  Apa mungkin dia suka denganku? Ah memang ini kan penjual batagor, sudah pasti yang dipesan batagor.  Terlalu percaya diri aku ini.  Atlet angkat besi pun kalo kesini pasti pesan batagor juga.  Tapi gamungkin atlet makan batagor. 
Perempuan tersebut lebih dulu mendapat pesanannya, padahal aku yang memesan lebih dulu. 

"Bang kok dia duluan??"

"Sekarang gini.  Lu kalo jadi gue, pasti layanin yang model begitu dulu kan?." Pembelaan yang penjual ini lakukan tak masuk akal. 

"Yaudah terserah deh, buruan bikinin laper nih."
Lalu datang pria berotot dengan memakai kaus ketekan seakan-akan memamerkan badannya yang benjol karena berotot. 

"Satu bang!." Pria itu memesan dengan suara super ngebass dan jantan sekali. 
Ah, masa iya atlet makan batagor?

"Emang kenapa atlet makan batagor?". Protesnya.  Lah, saya kan ngomong dalem hati tadi, ini dia sakti banget. 

"Hati lo kosong soalnya, jadi kalo ngomong dalem hati bergema kedengeran sampe keluar." Teori yang super ngaco dijelaskan atlet itu.  Lalu ia pergi. 

"Bang kok dia lagi yang dilayanin duluan?"

"Eh, dia mesennya sambil megang kerah baju gue.  Gimana gak jiper gue."

"Yaudah buruan!."
Sore hari sepulang latihan, batagor ternyata penunda lapar yang pas, bukan jelly drink punya oki.  Munafik sekali aku, bilang atlet gaboleh makan batagor, aku sendiri kan atlet.  Aneh. 
Earphone sudah terpasang, kini tinggal memilih lagu untuk menemani perjalanan pulang.  Lagu Adrian Martadinata yang berjudul 'behind the star' menjadi pilihan yang tepat sembari menggowes sepeda menuju rumah.




To be continued...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita kita dulu di Sekolah Dasar

Awal cerita ini terjadi pas kelas 5 Sd, gue yang tadinya sekolah di pinggiran Jakarta dipindahin ke Tengah biar gak jatoh.  Disekolah baru gue ini agak pemalu, yaa namanya ketemu temen dan semua yang apa apa baru pasti ngerasa asing karna belom biasa sama semuanya.  Gue jalan dari rumah ke sekolah dan sampe dehh.  Bel sekolah berbunyi dan hari pertama gue disekolah baru, pas duduk gue ditaro di tempat paling depan gitu duduk sebelahan sama yang namamya Ipang.     Sebelum pelajaran dimulai gue disuruh memperkenalkan diri di depan kelas, langsung gue maju buat ngenalin diri "Hallo , nama saya Arya Dahan Jaka biasa dipanggil arya , saya pindahan dari SD di pinggiran Jakarta yang tak ingin disebutkan namanya "      Begitu pelajaran dimulai gue bingung apa apa gak ada yang masuk otak, bingung liat guru bingung liat temen gue yang ngeliatin gue mulu.  Hari terasa menegangkan ditempat baru, rasanya kaya di kelilingin Avengers gara gara...

Sikap Jomblo terhadap lirik lagu Banda Neira - Sampai Jadi Debu

Jika engkau mempunyai kekasih, maka lagu ini adalah lagu yang akan membuat anda menangis karna begitu romantis.  Tetapi jika anda seorang jomblo, maka lagu ini adalah lagu yang akan membuat anda menangis karna begitu KASIAN ANDA HAHAHAHA.  Eh gua kan jomblo ya ngapain ngeledek orang. Oke balik lagi ke pembahasan yaitu lagu Banda neira yang berjudul Sampai jadi debu.  Saya menyukai musik-musik indie seperti Banda Neira.  "Banda Neira adalah proyek iseng bertanggung jawab duo Ananda Badudu dan Rara Sekar. Dengarkan musik kami di soundcloud.com/bandaneira Sedikit tentang Banda Neira Ada kata yang melulu diulang dalam setiap penjelasan profil Banda Neira: Iseng, nekat, kurang persiapan, tinggal beda pulau, dan tak bakal ada yang dengar. Tanpa dilebih-lebihkan atau dikurang-kurangi, memang seperti itulah adanya Banda Neira. Awalnya band (keukeuh tak mau disebut duo) ini cuma proyek iseng belaka." Dikutip dari tumblr dibandaneira Dari awal kita akan mendengarkan musi...

Besar kepalamu

Kemarau dan penghujan sedang tak menentu, kadang datang bersama dalam satu hari.  Lain hal, alam ini selalu memberi apa yang tiap manusia butuhkan, sekalipun mereka mengotori tubuhmu.  Sementara itu kau sedang sibuk-sibuknya dengan kekasih barumu.  Terik ataupun kemarau, yang kau posting selalu wajahnya.  Riuh penuh alasan, caption milikmu seakan parang tajam menusuk langsung tepat disebelah jantung, aku tak kau buat mati namun hidup dengan perasaan tersakiti.  Pagiku kini ditemani dua gelas kopi hangat, yang satu untuk kuminum dan yang satu untuk kubiarkan dingin, biar khayalku tentangmu yang menghabisinya.  Masih tentangmu, pejam sementara terasa begitu lama, atau memang kau ingin aku melihatmu? biar kau pamerkan cara dia menjagamu? begitu?.  Tak sudi aku, apalagi harus dibandingkan dengan priamu.  Aku adalah aku.  Jika ia kau rasa lebih hebat, maka biar udara yang menjawabnya tentang seberapa sering aku dihempas hanya untuk menuggumu....