Aku percaya sesuatu yang berawal harus ada akhirnya. Seperti hari, diawali fajar diakhiri senja. Hujan, diawali rintik diakhiri reda. Manusia, terlahirkan dan dikebumikan. Semua sudah seharusnya begitu. Seperti pula tahun, Januari akan kembali menemui tanggal 1 walaupun melewatkan Desember terlebih dahulu sebagai akhir. Jadi tak perlu takut berakhir, karena sesuatu yang berakhir akan dimulai kembali walau dengan hal yang berbeda.
Pagi, 1 Januari yang kesekian, aku masih menghirup udara penyesalan mengenai resolusi yang hanya jadi bualan. Sudah cukup, harapan ditiap pergantian tahun hanya menyajikan khayalan. Mungkin cukup mengalir seperti air adalah bagaimana harusnya, diselingi tebaran tawa dan manfaat yang dirasa banyak manusia. Seperti itu saja, cukup.
Mimpi-mimpi lainnya genggam erat, tak perlu tiap tahun berharap. Lakukan yang terhebat, sampai tangan mulai kosong tak menggenggam mimpi, karena perlahan semuanya terwujud dan tak perlu digenggam.
2018, kau luar biasa malas.
Terpaan ditahun ini sebenarnya masih biasa, aku saja yang lemah begitu saja sudah goyah. Maaf, tahun ini egoku terlalu menggebu-gebu, jadi memantapkan hati dengan pikiran selalu rancu. Namun jangan menjauh karena aku terlihat kekanak-kanakan, percayalah, itu salah satu usahaku menghibur dunia. Walau kau menganggapnya salah.
Terimakasih, tak lupa. Untuk semuanya, termasuk kamu ; matahariku. Satu insan yang selalu malu-malu, terlebih ketika ditatap. Aku ingin meminta maaf. Tak ada maksudku pergi begitu saja, namun aku ingin memantapkan diri sebelum terbilang 'pantas' menggenggam mu.
Kau tahu? Tahun ini kau menamparku sangat keras. Ya! Kau berkata "ada atau tidak dirimu, sama saja, aku seperti merasa sendiri." Ya! Itu adalah tamparan. Maka dari itu aku keluar dari percakapan denganmu, bukan untuk menjauh, namun untuk memperbaiki diri.
Setelah semua nasihat aku terima dari beberapa kawan, dan cacian tentang bodohnya aku malah seperti itu aku terima, aku ingin kembali. Terlambat! Hatimu sudah mantap, aku tak bisa kembali menetap.
Dengan hati yang mulai berhati-hati dalam bertindak, aku meminta maaf. Jangan benci karena aku seperti anak-anak. Semua nasihat darimu aku jaga dengan kuat, dan tamparan keras tentang sikap ku yang egois aku ukir sebagai prasasti penyesalan. Sebab ketika manusia sudah mulai sulit dikendalikan oleh diri, sosok sepertimu adalah yang paling tepat. Cantik, dewasa, berfikir untuk banyak orang. Aku kagum.
Sekali lagi aku minta maaf.
Seperti katamu "berubah menjadi seperti yang kamu mau."
Aku akan berubah, janji. Menjadi yang aku dan dunia butuhkan, bukan yang aku mau.
Di awal tahun, aku ingin mengucapkan kalimat yang tidak pantas aku ucapkan,
Aku rindu kamu.
Terimakasih,
Komentar
Posting Komentar