Malam ini, kembali kuteguk pahitnya kopi seduhanku sendiri. Sangat terasa pahit nya, menyegarkan mata dan otak yang malam ini dipaksa menguasai matematika geometri yang sebenarnya aku tak suka. Mencoret-coret kertas putih yang tak tau harus diisi dengan apa. Kembali kuteguk kopi itu, semakin pahit dan semakin teringat kembali aku padamu.
Saat di suatu siang didepan kelasmu, cuaca begitu tak menentu. Awan sedang menjatuhkan banyak air, mengisyaratkan bahwa air adalah zat paling menyebalkan. Sering ia menyadarkanku secara tetiba tentang peristiwa kecil saat ia jatuh dari awan.
"Jak, uli mau ngomong." Tetiba kau ucapkan itu saat jam istirahat. Aku duduk dibangku depan kelasmu, kaupun begitu. Kita berhadapan. Aku menatapmu, kaupun begitu. Kita masuk fase membingungkan, tatapan matamu menandakan kau sedang berusaha berfikir untuk menyampaikan sesuatu.
"Ngomong apa li?" Ucapan penuh tanya namun singkat yang ku lontarkan. "Tapi janji gak marah yaa?" Jawaban penuh membingungkan yang malah kau lontarkan. Ada apa? kau kenapa?
Perubahan sikapmu terlihat kala itu, seperti sesuatu yang entahlah. Kau berbeda.
Padahal, aku selalu bingung kenapa selalu kau tempatku berpulang.
Beberapa menit kita terdiam dalam suasana hening. Akhirnya kau nyatakan semua ekspresimu dengan kata-kata "Jak, kita break aja dulu. Gatau kenapa uli males pacaran. Tapi uli pasti balik kok." Pernyataan penuh keyakinan. Dengan senyum, akupun menanyakan kembali "sampai kapan li?" Dan kau pun "Gatau sampai kapan tapi uli pasti balik"
#
Kembali kuteguk kopi pahitku setelah mengingat peristiwa itu. Lucu memang. Ah!! sudahlah!! aku harus kembali menghafal rumus geometri. Dan malam ini udara sisa hujan tadi sore masih terasa. Dinginnya sama seperti pernyataanmu itu.
Orang yang pernah pergi, saat kembali tak akan pernah sama
BalasHapus