Jatuh adalah hal biasa, luka adalah hal pasti setelahnya, dan sembuh adalah hal yang harus kita usahakan.
Membahas hujan tak ada habisnya, ia akan selalu muncul dan turun beserta ribuan kenangan. Pahit atau manis. Dua opsi itu yang sering muncul.
Ketahuilah, sembuh setelah menerima luka adalah hal yang diperkirakan sulit. Dijalankan pahit. Dan dirasakan sakit. Aku kira aku akan cepat sembuh setelah berpura-pura menghindar darimu. Ternyata aku harus terpincang beberapa kilometer agar sampai seperti ini.
Aku yang sekarang yaa aneh. Enggan melangkah, tak berprinsip, mudah mengikuti. Tapi aku sudah sembuh sepertinya.
Sering sekali aku mendapat bisikkan "Melangkah tinggal melangkah, apa susuahnya? tinggal kamu yang nentuin lewat jalan yang kemaren atau jalan baru yang tak pernah kau tau" Mereka yang bilang seperti itu mudah berbicara.
Aku tertatih melewati proses bernama kambuh. Pincang melangkah menuju sembuh. Dan berdiri penuh ragu.
Mau melangkah, takut. Tak melangkah, pengecut. Aku berdiri di sisi serba salah. Dicemooh setiap orang. Sekarang bagaimana? memilih diam atau mencari petualangan baru.
Aku takut bertemu luka bernama mantan. Bertemu harapan bernama gebetan. Dan berakhir dengan sebuah penolakkan.
Hampir bosan aku melakukan perkenalan. Kalo bukan karna lingkungan yang berisik. Mana mau aku begini.
Kali ini aku dipertemukan kembali dengan seorang perempuan, lebih muda setahun dariku. Tapi temanku sudah lebih dulu dekat dengannya. Lagi-lagi aku pesimis. Merasa ditolak sebelum tau hasil akhir. Mau bagaimana lagi, nampaknya temanku lebih bisa membuat ia tersenyum dibanding denganku. Aku hanya bisa membuatnya emosi. Karna aku yakin cinta dibangun karna emosi dua manusia. Bercampur sehingga menciptakan keselarasan yang beragam. Seneng, sedih, senyum-senyun sendiri, gila, tertawa sendiri.
"Hai ndut, lagi ngapain? senyum dong"
:)
Komentar
Posting Komentar