Terkapar lesu diatas meja tempat mengais ilmu, mendengarkan lagu sebagai isyarat sungkan. Sungkan terhadap keadaan, tidak mengeluh namun merasa tersiksa. Mau bersandar entah dibahu siapa, karna bahumu bukan lagi untukku.
Dentuman antara tanah dan bola volley selalu mengisi kekosongan hati, melampiaskan kekesalan terhadap bola volley yang tak mengelak disakiti berkali-kali, selayaknya perlakuanmu kepadaku.
Penemuan sejarah tentang kita, itu kegiatan yang aku lakukan setiap pikiran tertuju pada kenangan. Berkecamuk, mengundang sedih yang sengaja kau buat untukku. Dan aku..
Terlalu cepat terlupakan.
Pesan dari ku..
Aku ingin berlama-lama berdua lagi denganmu, membuat pipimu kembang kempis karna lawakanku. Tersenyum bahagia, bahkan sempat terlintas dipikiranku bahwa kau takkan bahagia selain denganku. Sampai aku sadar bahwa..
Aku ini bukan apa-apa
bahkan kata 'putus' darimu terlalu merdu ditelingaku, tapi sangat menyakitkan kedepan.
Memori otakku seperti sudah penuh, terisi dengan nasihat-nasihat darimu yang selalu aku simpan sebagai langkah untuk berhati-hati. Terus memilah perkataanmu tentang dunia. Sampai aku termengun saat kau bilang..
Kau masih merindukannya, bukan aku.
Aku hanya orang biasa yang berkebiasaan ingin mengeluarkan keringat setiap hari. Mungkin hobi olahragaku muncul setelah berhenti menjalani aktivitas bersamamu. Dan itu menjadi sarana untuk melupakanmu.
Sampai saat sekarang
Aku.
Tak.
Bisa.
Melupakan seseorang yang namanya ku singkat hingga menjadi judul tulisanku.
Tulisanku tak pernah sempurna, senyummu yang menyempurnakannya.
Karnamu, otak dan hatiku menjadi malas membahas hal lain selain kamu.
Komentar
Posting Komentar