"Gapapa Mah, aa cuma capek"
"Jangan boong kamu"
"Beneran gapapa"
Kebohonganku sepertinya mudah terlihat oleh mamahku.
"Kamu salah A'a"
"Salah kenapa mah?"
"Kamu salah, kamu gasadar. Kalo dari awal ia emang gak punya rasa sama kamu"
Aku pun pergi kekamar dengan berfikir tentang ucapan mamahku.
---
Meratapi atap kamar dengan irama musik slow melalui earphone. Jariku terus ku gigit sambil berfikir tentang kamu yang dari awal aku damba. Mempertanyakan sikapmu yang menolakku dengan alasan "sahabat" tapi sama sekali tak bersikap sebagai sahabat. Cara ku mendambamu seperti orang dungu, yang terus berusaha memperhatikanmu dalam situasi apapun. Sampai aku pun tak sadar, dalam senyummu sama sekali tak ada aku.
Dan malam ini, aku tertidur lelap dengan keadaan musik menyala keras yang menempel ditelinga.
&!&!&@&@*!(!&@@(!*!*@*@*!^#@*!*!*@*@*!*!*@*!*&@*@*@&@&@
"A'a........ Bangun a, hari ini kan kamu tanding volley kan?"
Mendengar ucapan mamahku pada pukul 04:00am, aku langsung bergegas bangun dan langsung mandi untuk bersiap siap. Jam 5 aku sudah siap dan sebelum bertanding aku berkumpul di smkn34. Semoga hari ini, aku bisa melepaskan semua kekecewaan ku pada juwita di lapangan volley, dan aku harap aku bisa mengalahkan ego ku sendiri.
Sesampainya di smkn34, semua atlet dari berbagai cabang di Jakarta Pusat berkumpul disitu, dan bersiap berangkat ke GOR Ragunan JakSel tempat perlombaan berlangsung. Menaiki bus untuk sampai ditempat tujuan, aku memilih duduk paling depan. Tempat ternyaman dan tak bising oleh becandaan atlet lainnya, karna aku sedang tak ingin bergumul.
Seperti biasa, earphone ku pasang di telingaku dan mendengarkan lagu. Sembari duduk, aku terus berdoa dan berbicara dalam hati "Aku bisa! Aku bisa! Aku bisa!" . Begitu sampai di GOR Ragunan, akupun turun dari bus dan berjalan layaknya zombie.
"Lemes banget lo peng"
Datang teman dekat ku yang bernama Marshella atau biasa dipanggil shella, ia menyebut diriku dengan sebutan 'kempeng'. Heran akan kedatangannya yang sedari tadi membawa sekotak bersampul kertas kado, akupun bertanya kepadanya
"ehh nyett, itu apaandah lo bawa bawa kado dari tadi"
"ini dari juwi, buat jono. Diem diem aja lo. Yang sabar yee peng hahahahaha"
Dengan nada meledek, Shella pun mengucap itu. Dan aku? Bisa apa? Menunduk dan tersenyum pasrah pun itu hanya bualan. Dan kini, aku lebih memilih tak memikirkan hal itu.
Sebelum pertandingan dimulai, semua berkumpul ditaman sabil bercanda ria, tertawa, membangun hotel dan masih banyak lagi hahaha.
Termangun aku ketika aku melihat mereka (juwita dan jono) sedang berdua duduk sambil tertawa. Dengan membuka kotak yang tadi shella bawa, juwi pun nampaknya tersenyum senang. Juwi pun menghampiriku sambil membawa sepotong kue, aku berfikir mungkin itu kue adalah isi dari kotak tersebut.
"Aryaa, makan nihh."
"Engga ah"
"Lo kenapa sihh??"
"Gue udah kenyang, jadi gak ada yang harus diperdebatkan"
"kenapa siii? salah guee?"
Gue pun mengabaikan ucapannya sampai ia pergi meninggalkan tempat.
*Wushhhh*
*Jedumm*
*pakkk*
Begitulah bunyi yang terdengar di dalam GOR saat pertandingan berlangsung. Dan timku mendapat jadwal pertandingan ke 3 melawan Jakarta Barat.
Saat pertandinganku sudah ingin dimulai, Aku memulai pemanasan dilapangan.
Ini saatnya aku membuktikan hasil latihanku, apakah aku layak. Tapi melihat pertandingan sebelumnya yaitu Jakarta Utara 1 melawan Jakarta Utara 2, aku menjadi ngeri. Permainan mereka sangatlah profesional, berbeda dengan timku.
Pertandingan pun dimulai, dan kami mulai bersalaman. Entah kenapa, timku seperti berbeda hari ini. Terbukti saat set 1, kami kalah walaupun tipis yaitu 25-23, tetapi timku tidak bermain bagus seperti biasanya. Dan set kedua, kami benar-benar berbeda. Kami layaknya orang yang baru bisa main volly, kesalahan demi kesalahan terus kami ulangi. Dan hasilnya, Kita kalah.
"Mau gimana lagi, kalian bermain jelek hari ini"
blaa bla bla dan seterusnya, itulah nasihat dari pelatih atas kekalahan yang kami terima. Aku bingung, ada apa aku ini?, ada apa dengan tim ini? ada apa dengan cinta 2?
.
.
.
.
.
.
Detik yang berbaris hanya membuat pengharapan semakin miris.
Kini, latihan dan pertandingan pun sudah berakhir. Dan sebelum semua tak lagi berjumpa, aku melangkah menuju tempat yang aku gunakan untuk menaruh hati.
"Juwita"
"Yaa kenapa yaa?"
"Makasih buat semuanya"
"Buat semuanya apa? lo kaya mau kemana aja pake bilang makasih"
"Makasih buat semuanya, buat rasa yang pernah tumbuh merekah dan menjadi patah."
Keadaan hening menyelimuti pamitan ku padanya. Seperti tak ada apa apa di dirinya saat aku pergi, nampaknya aku tak berpengaruh sama sekali dihidupnya.
Akupun pergi setelah berpamitan, dan tak tau kapan akan berjumpa kembali
Epilog
Juwita adalah labirin yang membuat rasaku tersesat tanpa perlu diselamatkan. Ada saatnya kita harus memilih diam atau bergerak saat pengharapan tak lagi dianggap ada. kini, juwi selalu jadi bahagiaku. Dan juwi akan lebih bahagia denganya...
Semoga dengan berakhirnya episode ini, aku udah bisa ngelupain juwita.
The End
Komentar
Posting Komentar